Pintu Berkah - Ketulusan Hati Seorang Ibu Tukang Sayur Keliling

Diterbitkan January 29, 2019

Ningsih (Dewi Affandi) bekerja berjualan sayur keliling untuk mengobati suaminya yang sakit. Dewi (Fitri Assiddikki) pun turut membantu untuk biaya pengobatan untuk sang ayah. Berbeda dengan Ratih (Dessy) yang cuma memikirkan dirinya sendiri bahkan tega mengambil uang tabungan Ningsih. Bagaimana kisah selanjutnya? Saksikan selengkapnya hanya di Pintu Berkah - Ketulusan Hati Seorang Ibu Tukang Sayur Keliling

#dessy #fitri assiddikki #dewi affandi #ketulusan hati seorang ibu tukang sayur keliling #pintu berkah

Bu Tanti: pedagang sayur pesaing Ningsih
Pak Akbar: istri bu Ningsih, lahir 14 jul 1964, wafat 20 jan 2019

Bu Ningsih ini bekerja sebagai tukang sayur keliling, Bu Ningsih ini juga suka sedekah baik kepada sesama manusia maupun hewan (seperti kucing). Rutinitas umum Bu Ningsih biasa berbelanja sayur ke pasar utk disumbangkan ke panti asuhan, disana juga suka ksh sedekah ke ibu2 pengemis. Saat perjalanan menuju pasar biasa ksh sedekah kepada kucing2nya bu Ningsih, anak jalanan, pemulung.

Pak Akbar, suami bu Ningsih sedang sakit2an, terserang stroke. Dewi bekerja sbg pegawai toko utk membantu perekonomian keluarga. Hanya Ratih yg kerja dan ibadah malas2an, katanya memang dgn solat bisa cepat kaya? ibunya aja rajin solat tapi masih miskin saja.

Dagangan sayur Bu Ningsih ini sangat laku dan diminati para ibu2, selain segar juga harganya murah. Di saat dagangan sayur Bu Ningsih laku, ada ibu2 yg tidak senang yaitu Bu Tanti. Bu Tanti ini rada judes ke pelanggan, tidak sepeti Ningsih. Bu Tanti ini menghasut para warga bahwa Bu Ningsih ini pakai guna2 agar sayurannya laku, hasutan berhasil dan pelanggan Bu Ningsih pindah semua ke Bu Tanti.

Ratih itu krj di resto, disana berknlan dgn Rendi. Setelah kenal dengan Rendi ini Ratih merasa gengsi dengan hp lama dan ingin ganti yg baru, saat minta nomornya malah Ratih tidak menunjukkan hpnya melainkan mengetikkan di hpnya Rendi. untuk ganti hp, Ratih tega mencuri uang tabungan ibunya di lemari. Padahal uang itu untuk berobat bapaknya. Bu Ningsih baru sadar uang hilang saat suaminya kumat dan butuh utk dibawa ke RS, Ratih mengaku bahwa benar ambil uang itu utk beli hp baru. Ratih ini mementingkan dirinya sendiri tanpa memikirkan org lain.

Ratih ini tak mau ketahuan Rendi bahwa ia adalah anak tukang sayur. Saat diantar pulang pun tak sampai rumahnya. Ratih kerjanya keluyuran terus bersama teman2nya ke kafe. Teman2 Ratih mendorong Ratih agar memiliki motor, bahkan Ratih nekad pinjam ke rentenir dgn menjaminkan rumah. Saat bersamaan,bu Ningsih juga pinjam ke rentenir utk biaya berobat Pak Akbar, suaminya yg kini terserang stroke. Bu Ningsih meminjam tanpa jaminan, tetapi hrs ttd surat pernyataan diatas materai, tiap bulan hrs mencicil hutang 500rb, jika tak membayar maka akan dipenjarakan.

Pak Akbar pun akhirnya meninggal dunia dlm usia 63 thn. Selepas meninggal dan hari berduka, anak buah rentenir datang utk menagih hutangnya Ratih. Bu Ningsih pun juga ada hutang kepada rentenir

Bu Ningsih tetap rutin menyumbangkan sayur ke panti, para pengurus panti bangga meski keadaan susah masih bisa sedekah. Saat pulang bu Ningsih menderita pusing2 lalu terjatuh. Bu Ningsih mengidap penyakit kanker darah.

Bu Ningsih ingin terus menjalankan sedekah rutinnya, pada suatu saat Bu Ningsih berpesan ke org panti jika nanti terlihat jarang datang maka sedang keluar kota, bu Ningsih berbohong bhw sebenarnya sedang sakit. Bu Ningsih yg sedang sakit menyerahkan uang kepada Dewi utk melakukan rutinitas sedekah rutinnya, baik kepada sesama manusia juga kepada kucing.

Ratih dapat menyadari kesalahannya setelah Ratih mengalami kecelakaan motor, saat mengendarai motor, mobil pickup menabraknya. Utk biaya pengobatan, Bu Ningsih rela mengeluarkan seluruh tabungannya utk kesembuhan Ratih. Akhirnya Ratih siuman juga dari koma setelah kecelakaan, lalu meminta maaf kepada ibunya.

Kini bu Ningsih balik terbaring di RS dan sempat tak memiliki harapan sembuh. Anak2 panti menanyakan kabar bu Ningsih, sampai ke pengemis pasar, para pemulung dan anak2 jalanan juga mencari bu Ningsih. Ternyata baru tau bahwa bu Ningsih sedang sakit, mereka secara kompak mendoakan bu Ningsih. Dewi dan Ratih mendoakan bu Ningsih, saat yg bersamaan juga para kaum dhuafa dan org2 panti berdoa di masjid utk kesembuhan bu Ningsih. Tak disangka bu Ningsih siuman lalu sembuh total, hasil diagnosa dokter benar2 luar biasa, menjadi negatif, tak ditemukan kanker sedikit pun, ini adalah keajaiban Allah.

Bu Ningsih dapat pulang juga ke rumahnya, disana sudah ada Rendi yg menunggu, Ratih sudah menceritakan hal sebenarnya, tentang ibunya juga. Beberapa saar kemudian datang lah ibu panti yg mengundang bu Ningsih pengajian di masjid. Rendi mempersilahkan Ratih utk menemani ibu dan kakaknya ke pengajian, disana sudah banyak yg berkumpul menunggu bu Ningsih. Ratih bangga kepada ibunya yg baik kepada setiap orang, ini lah buah manis yg dapat dipetik berkat kebaikan ibunya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PB Kesabaran Gadis Tukang Sampah Yg Berbuah Bahagia (Toto Hoedi)

Pintu Berkah - Berkah Taubat Pelukis Kaligrafi Buntung yang Soleh

Kisah Nyata - Suamiku Terjerat Candu Judi Online