Pintu Berkah - Berkah Kesembuhan Ibu Bidan yang Baik Hati

https://m.vidio.com/watch/1706555-pintu-berkah-berkah-kesembuhan-ibu-bidan-yang-baik-ha


Diterbitkan July 19, 2019
Ibu Wati adalah seorang bidan yang baik hati, ia rela membantu orang disekitarnya untuk melahirkan tanpa imbalan sepeserpun. Namun, anaknya Mirna selalu saja kesal dengan Ibunya yang selalu baik pada orang lain walaupun sesungguhnya keluarganya justru kesulitan. Disamping itu Ibu Wati harus mengurus suaminya yang sakit stroke, lantas bagaimanakah perjalan Ibu Wati dalam menjalani kehidupannya yang sulit? berkah apa yang akan didapat Ibu Wati dengan kebaikan semasa hidupnya? Simak selengkapnya di Pintu Berkah - Berkah kesembuhan Ibu Bidan yang Baik Hati.
#guntur nugraha #shirin shafira #raslina rasyidin  #pintu berkah

Raslina Rasidin: Bu Wati
David Liman: Pak Rahman, suami Bu Wati
Shirin Shafira: Mirna
Guntur Nugraha: Dafa
Benny Budiman: Ayahanda Susi
Asep Harun: penghulu nikah Mirna-Fadli


Di suatu malam, rumah Bu Wati kedatangan tamu yaitu Pak Ratmi yg istrinya akan melahirkan, sudah coba ke RS ditolak krn tak punya uang, suruh bikin surat keterangan tak mampu malah antreannya panjang maka Pak Ratmi minta tolong ke Bu Wati, Mirna risih jadi terganggu, harusnya ada bayarannya. Pak Ratmi memberikan uang 50rb, kata Bu Wati tak usah krn utk keperluan anaknya nanti, setelah lahiran pasti banyak kebutuhan.

Obat suami Bu Wati habis, Bu Wati tak memiliki uang. Bu Wati minta ke Mirna tak dikaaih, katanya salah sendiri mengapa menggratiskan biaya persalinan jadi susah sendiri ketika tak ada uang. Bu Wati minta ke Dafa, anaknua yg laki-laki tak bisa krn belum gajian, butuh irit dan biaya hidup mahal. Bu Wati berharap warungnya bisa ramai.

Dafa sudah punya pacar dan akam diberikan perhiasan utk dipakainya. Mirna sendiri memiliki pacar, pacar Mirna minta dibelikan motor dan Mirna bilang tak perlu menggantinya, biar kalau sudah nikah bisa jalan-jalan dgn motor.

Bu Wati juga suka memaklumi pelanggannya yg bayaran kurang, salah satunya Pak Doni. Bu Wati mengikhlaskan bahkan memberikan tambahan makanan utk anaknya. Bu Wati bisa memaklumi keadaan Pak Doni yg ditinggalkan istrinya dan anak masih pada kecil.

Bu Wati mencoba pinjam lagi ke Bu Rodiyah, dikira Bu Rodiyah ini Bu Wati ingin melunasi hutang, tetapi ternyata malah menambah hutang baru yaitu untuk beli obat suaminya yg sedang sakit. Bu Rodiyah heran dgn Bu Wati yg masih pinjam uang, sedangkan kedua anaknya sudah pada bekerja.

Suami Bu Wati minta maaf jika selama ini selalu merepotkan, sudah kewajiban Bu Wati utk merawat suaminya. Saat suaminya sakit, ada warga datang krn istrinya segera lahiran. Ada yg tak bisa bayar dengan uang, tetapi pakai pisang.

Dafa didesak oleh pacarnya yg bernama Susi agar segera menikahinya, Dafa bilang ingin mengumpulkan duit dulu. Susi berkata bahwa keluarganya bersedia membiayai dengan syarat bahwa keluarga Dafa tak perlu diundang krn malu memiliki keluarga miskin, jika ada tanya maka bilang saja Dafa sebatang kara, Dafa menyetujui syarat dari Susi.

Bu Wati yg sedang berjalan melihat ada warga membawa orang yg meninggal, dia adalah Ida anak Bu Komar. Kemarin malam saat akan ke dokter dan ke bidan tak punya uang, sehingga melahirkan sendiri lalu meninggal dunia, Ida masih muda masih 19 tahun.

Bu Wati yg mendengar cerita warga tadi jadi kasihan, jangan sampai kejadian terulang lagi seperti Ida, ingin melahirkan tak ada biaya. Maka dari itu Bu Wati memasang tarif melahirkan itu seikhlasnya. Ada Ibu-ibu yg tak suka dgn Bu Wati yg memasang tarif seikhlasnya kalau begini maka menjatuhkan pasaran. Nanti tak ada yg mau datang ke bidan yg lain selain di Bu Wati.

Dafa lama tak pulang lalu mengabarkan akan menikah, Mirna juga kebetulan ada di rumah. Dafa memberitahu bahwa keluarganya tak ada yg diundang krn takut pada tau jika Dafa berasal dari keluarga miskin. Dafa minta maaf krn takut kehilangan calon istrinya yg kaya.

Dafa datang juga melamar Susi sbg istrinya, jika sudah menikah nanti, lamaran diterima dan Dafa akan diberikan mandat utk mengurus perusahaan ayah mertuanya.

Mirna memperhatikan ibunya memasang tarif seikhlasnya, yg ada malah keenakan para pengunjungnya, ada yg membayar pakai kelapa krn kelapanya belum laku terjual.

Pak Rahman terjatuh lg di kamar, Pak Rahman terkena serangan stroke yg kedua kalinya dan harus dirawat di RS. Bu Wati sudah ditagih hutang sebesar 1 juta oleh Ida tapi msh belum bisa membayar, Bu Wati diberikan waktu 3 hari utk membayar, msh ada perhiasan peninggalan alm ibunya Bu Wati.

Area rumah Bu Wati mengalami gempa hingga rumah rusak dan Bu Wati tinggal di penampungan, Mirna tak mau makan makanan dari dapur umum krn pasti kotor dan jorok.

Mirna memutuskan utk tinggal di kost-an, tak mengajak kedua ortunya krn hanya utk dirinya sendiri. Mirna akan menikah dgn pacarnya yg bernama Fadli. Dafa dihubungi ibunya utk diminta pertolongan buat berobat ayahnya tetapi malah manggil dgn sebutan mbak dan bilang suaranya putus-putus. Kondisi Pak Rahman kian memburuk dan akhirnya meninggal dunia.

Dafa bersama Susi sudah bergegas akan pergi ke Singapore, tiba-tiba ada telf yg memberitahu bahwa ayah Dafa meninggal. Susi tidak memperkenankan Dafa utk hadir, nanti akan bilang alasan apa sedangkan yg diketahui bahwa kedua ortu Dafa sudah meninggal. Kalau sampai tau maka akan disuruh pisah. Dafa menurut apa kata Susi.

Mirna baru diberitahu bahwa ayahnya meninggal dan ingin izin pulang waktu bersama pacarnya yg bernama Fadli, Fadli takut nanti ibunya tak mengizinkan Mirna utk bertemu Fadli.

Para warga membantu memperbaiki rumah Bu Wati dgn sukarela krn Bu Wati ini baik dan suka membantu melahirkan bahkan tanpa biaya atau seikhlasnya. Bu Wati benar-benar sendirian tanpa suami dan anak-anak, waktu Pak Rahmat meninggal pun anak-anak tak ada yg pedulu.

Beberapa bulan kemudian, warung Bu Wati buka kembali seperti biasa setelah rumahnya berhasil diperbaiki. Mirna menikah dgn Fadli. Dafa pun juga menikah dgn Susi.

Warung bu Wati sangat ramai, Bu Wati belakangan mengalami pusing kepala dan akan terjatuh. Bu Wati terkena penyakit kanker kata dokter yg memeriksa.

Susi ini ingin pergi dari rumah sesukanya, entah mau jalan dgn laki-laki lain. Dafa tak berdaya di rumah Susi krn hanya numpang hidup di rumah Susi. Dafa sudah mengorbankan keluarganya utk tidak dia temui, semua krn Susi. Kalau bkn krn Susi, Dafa ini miskin dan tak punya apa-apa. Susi tiba-tiba memutuskan utk pisah dari Dafa.

Bu Wati sempat pusing dan terjatuh ketika akan melayani pasien yg akan melahirkan  Kanker yg ada dalam tubuh bu Wati semakin menyebar menurut dokter yg memeriksa. Menurut dokter bahwa usia Bu Wati sisa setahun lg.

Fadli sudah 3 hari tak pulang, Mirna dalam kondisi hamil.  Fadli ini pulang dalam keadaan mabuk, Fadli tak mau bekerja sama sekali. Mirna itu tak datang ke pemakaman ayahnya itu demi Fadli dan rela meninggalkan keluarganya juga demi Fadli, tapi perlakuan tidak baik, katanya risiko anak durhaka. Mirna menjadi durhaka juga krn Fadli, Mirna menyuruh Fadli cari kerja, utk apa kerja krn Mirna kerja. Fadli ragu bahwa anak yg dikandung Mirna adalah anak Fadli. Fadli pernah dengar dari tetangga bahwa Mirna sering bawa lelaki ke rumah. Fadli tak mau bertanggung jawab.

Fadli meninggalkan Mirna begitu saja, padahal Mirna akan melahirkan. Mirna merasa menyesal dan ingin cari ibunya. Mirna mencari Bu Bidan utk melahirkan, saat tiba di rumah bidan, disuruh mencari bidan lain krn sudah malam. Bidan terdekat tak mau menolong Mirna. Mirna datang ke bidan berikutnya sendirian, ditanyakan suaminya dan apakah membawa uang, bidan tsb tak mau menolongnya. Mirna yg alan melahirkan berjalan-jalan mencari bidan, tak ada warga sekitar yg menolongnya.

Perut Mirna sakit, Mirna teringat akan nyinyir kepada ibunya yg menggratiskan pasien atau dibayar dgn ucapan terimakasih saja. Mirna ingat akan ucapan ke ibunya yg tak punya uang akibat menggratiskan lahiran.

Kebetulan Bu Wati lewat yg sedang naik motor saat Mirna membutuhkan pertolongan, Bu Wati berusaha menolong Mirna yg akan melahirkan. Mirna minta maaf kepada ibunya, jika ibunya ingin mengusir maka Mirna ikhlas.

Mirna dan Bu Wati bahagia dgn kehadiran anak Mirna. Mirna menjadi suka membantu ibunya di warunf. Penyakit Bu Wati semakin hari bertambah parah dgn terbatuk-batuk sampai tertidur di kasur.

Dafa diusir oleh ibu kontrakan krn beluk bayar kontrakan, Dafa masih pengangguran. Dafa suday dikejar-kejar oleh debt collector sampai dikeroyok sampai babak belur. Dafa teringat akan ucapan kepada ibunya bahwa di acara pernikahannya tak perlu hadir.

Dafa kembali juga ke rumah ibunya, datang utk bersujud dan minta maaf krn sudah banyak salah kepada ibunya. Dafa menceritakan bahwa saat ini sadar bahwa hidupnya hancur krn menyakiti perasaan ibunya.

Bu Wati kumat lagi penyakit pusingnya saat akan membantu melahirkan, Bu Wati terjatuh lg habis membantu melahirkan. Seorang bapak nyamperin Dafa di ladang, bhw ibu Dafa jatuh pingsan. Mirna tak tau apa yg terjadi pada ibunya. Kedua anak Bu Wati tak tau bahwa Bu Wati terkena kanker getah bening yg sangat kronis.

Selama ini Bu Wati merahasiakan penyakitnya krn tak mau menyusahkan kedua anaknya dan tak mau membuat kedua anaknua khawatir. Mirna dan Dafa minta maaf krn belum bisa membahagiakan ibu mereka, yg buat ibu mereka bahagia adalah dapat berkumpul dgn anak-anaknya. Pesan Bu Wati kepada kedua anaknya agar menjalankan kehidupan dgn baik.

Bapak-bapak warga membicarakan Bu Wati yg sedang sakit sudah lama, Bu Wati ini berhati mulia, meskipun sakit masih mau membantu warga. Para warga ingin berusaha membantu Bu Wati. Kata dokter, Bu Wati tak perlu pikirkan biaya krn bu Wati adalah orang baik. Para warga sekampung sudah mendonasikan uang kepada Bu Wati lalu diserahkan kepada pihak RS. Ini akibat kebaikan bu Wati dahulu yg membantu melahirkan meski tak memiliki cukup biaya.

Beberapa bulan kemudian, Bu Wati dapat pulang ke rumah menemui cucunya dan berkumpul bersama keluarga. Mirna sudah menyiapkan makan malam utk ibunya, ibunya masih saja tertidur. Bu Wati dibangunkan tak juga bangun. Mirna melarikan Bu Wati ke RS, kondisi Bu Wati parah, dokter tak bisa menjanjikan apapun.

Detak jantung Bu Wati melemah, dokter sedang menanganinya. Bu Wati membutuhkan tranfusi darah. Bapak warga memberikan informasi ke musholla kepada warga yg ikut pengajian bahwa Bu Wati kondisinya menurun lagi. Padahal waktu itu membaik. pak Ustad membimbing warga utk mendoakan Bu Wati.

Suster mengabarkan bahwa detak jantung Bu Wati kembali normal. Dokter memberitau ke Dafa dan Mirna bahwa Bu Wati melewati masa kritisnya. Mirna bersama Dafa dan Bu Wati mendengar penjelasan dokter yg tak dapat dipercaya, sel kanker Bu Wati hampir hilang. Bu Wati pantas mendapatkan itu semua krn adalah orang yg luar biasa, Bu Wati menolong tanpa pamrih. Mirna bangga menjadi anak Bu Wati.

Bu Wati bersama anak-anaknya menyapa warga di musholla, berkat doa bapak dan ibu sekalian maka Bu Wati dapat sembuh. Para warga di musholla mendoakan bu Wati 40 hari 40 malam mendoakan Bu Wati yg pantas mendapatkan itu semua. Ibu warga berterimakasih bahwa selama ini Bu Wati menyembunyikan penyakitnya utk menolong para warga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PB Kesabaran Gadis Tukang Sampah Yg Berbuah Bahagia (Toto Hoedi)

Pintu Berkah - Berkah Taubat Pelukis Kaligrafi Buntung yang Soleh

Kisah Nyata - Suamiku Terjerat Candu Judi Online