Pintu Berkah - Kisah Petani Sawi yang Pernah Hidup Sengsara

https://m.vidio.com/watch/1737649-pintu-berkah-kisah-petani-sawi-yang-pernah-hidup-sengsara

Diterbitkan August 30, 2019

Devi (Shirin Safira) memutuskan pertunangan karena Sigit (Dirly Dave) bangkrut. Akhirnya, Sigit tinggal di rumah Marisa (Gita Sinaga), seorang petani sawi bersama Bi Iroh (Sriyatun), asisten rumah tangganya. Hidup Sigit berubah semenjak tinggal di desa dan miskin. Bagaimana kisah selanjutnya? Saksikan selengkapnya hanya di Pintu Berkah - Kisah Petani Sawi yang Pernah Hidup Sengsara.

#Shirin Safira #gita sinaga #dirly dave #kisah petani sawi yang pernah hidup sengsara #pintu berkah

Shirin Safira: Devi
Dirly Dave: Sigit
Gita Sinaga: Marisa
Sriyatun:Bi Iroh
Rian Rizki: Bagus
Hafida Gerizz: Bu Wati, Ibu Devi
Alvian Jabir: Pak Imron, ayah Sigit
Alexander Benny: dokter yg menangani Pak Imron
Alex Jonson: dokter yg menangani Sigit

Devi dan Sigit akan melangsungkan pertunangannya, ortu mereka senang sekali dgn pertunangan tsb, namun tiba-tiba hp Pak Imron berdering, Pak Imroh mendapat labar jika gudang perusahaannya terbakar yg membuat Pak Imron shocked lalu terkena serangan jantung. Sampai di RS, Pak Imron meninggal dunia. Bu Wati merasa apes jika perusahaan Pak Imron bangkrut setelah meninggal.

Bu Wati tau pasti sekarang Sigit sudah tak memiliki apa2 lagi, Bu Wati berkata kepada Devi untuk tak melanjutkan pertunangannya lagi, apalagi sekarang Sigit menjadi kere. Mereka berdua berdebat masalah Sigit, tak lama ada mobil melintas nyaris menabrak, yg ternyata pemuda tampan bernama Bagus. Bagus memperkenalkan diri ke Bu Wati dan Devi lalu mengantarkan pulang.

Kini Sigit menjadi jatuh miskin krn bangkrut, rumahnya pun disita oleh bank. Bi Iroh mengajak Sigit ke kampungnya, Sigit tak mau, Sigit mencoba ke rumah Devi tapi ternyata Devi dan Bu Wati tak mau menerima Sigit lagi setelah jatuh miskin. Sigit jadi tau sifat asli calon istri dan mertuanya seperti apa, mendekati saat kaya, menjauhi saat miskin. Sigit berjalan tanpa arah, pada akhirnya mau ikut pulang ke kampung Bi Iroh. Disana bertemu dan berkenalan lah dengan seorang gadis petani sawi bernama Marisa. Marisa sudah lama kenal dgn Bi Iroh.

Sigit sementara tinggal di kampung, ditampung di rumah Marisa, ikut tinggal juga bersama Bi Iroh. Sigit ini masih kaget krn dulu pernah hidup kaya, Sigit belum terbiasa dgn makanan kampung.

Ada seorang warga melihat laki2 lain di rumahnya Marisa,  para warga melapor Pak RT dan harus bertindak tegas, warga bersama Pak RT penasaran lalu mendatangi rumah Marisa, Bi Iroh berusaha menjelaskan siapa laki2 itu adalah mantan majikannya sekaligus menjadi calon suami untuk Marisa, katanya lebih baik pernikahan Sigit dan Marisa disegerakan saja agar tak timbul fitnah. Untuk membela dirinya dan Marisa, Sigit mengaku sebagai calon suami Marisa.

Sigit memang tak memiliki apa2, Sigit memberanikan diri utk mengatakan apakah Marisa bersedia menikah dgn Sigit yg tak memiliki apa2 ini, Bi Iroh pun juga setuju. Marisa pun mau menerima lamaran Sigit. Bi Iroh akan bantu persiapkan untuk pernikahan Sigit dan Marisa. Beberapa waktu kemudian, Sigit pun menikah dengan Marisa dan sudah sah sebagai pasangan suami istri. Sigit ini terpaksa menikah dengan Marisa krn keadaan, sikap Sigit pun dingin kepada Marisa.

Beberapa hari kemudian, Sigit termenung di teras. Marisa pamit untuk bekerja ke kebun, mengajak Sigit untuk ikutan. Sigit ini tak biasa kerja kasar, krn dulunya adalah seorang manager. Bi Iroh membantu Marisa untuk memetik panen sawinya tanpa ada rasa lelah.

Sigit dgn amplop surat lamarannya menyusuri jalanan sendirian, di kampung mana mungkin bisa bekerja sebagai manager, yg ada mentok2nya jadi petani juga. Bi Iroh ini nafasnya tersengal2 saat memindahkan sawi yg dipetik, nafas Bi Iroh menjadi berat sekali hingga akhirnya terjatuh ke lantai. Bi Iroh seperti tak bergerak lagi lalu berteriak minta tolong, Sigit yg kebetulan lewat menghampiri, setelah diperiksa ternyata Bi Iroh sudah meninggal dunia. Sigit terlihat sedih krn kehilangan Bi Iroh.

Beberapa hari kemudian, Marisa menerima uang hasil penjualan sawi dari tengkulak sebesar 3 juta, jika panen lagi maka tengkulak itu akan membeli sawi lagi. Sigit melihat hasil penjualan sawi banyak juga, maka Sigit jadi tertarik untuk mengolahnya. Sigit belum juga mendapatkan pekerjaan, malah menawarkan untuk membantu Marisa di kebun. Marisa dalam hati berkata pasti Sigit sudah mulai berubah ke dirinya.

Sementara Bagus dan Devi baru saja menikah. Devi dan Bu Wati berjalan menatap rumah sederhana, mereka kaget dan bertanya ini rumah siapa, Bagus mengaku ini adalah rumahnya. Bagus memang dulu pengusaha di bidang pertanian, kini lagi vakum. Devi merasa Bagus ini telah membohonginya, dikira pengusaha tapi rumah seperti kandang begini.

Sigit dan Marisa tampak bahagia, mereka bersama2 dgn kompak mengurus kebun sawinya itu, mereka juga memanen sawi itu secara bersama2 dan menjualnya ke tengkulak. Beberapa waktu kemudian berlalu, Marisa membawa kabar baik bahwa Marisa tengah sedang hamil.

5 tahun kemudian berlalu, Sigit mengajak Marisa dan Mayang, anak mereka untuk masuk ke rumah baru keluarga Sigit. Semua ini adalah hasil kerja keras Sigit, katanya. Mayang senang tinggal di rumah barunya ini. Sementara Devi bersama Bu Wati merasa tak tahan hidup bersama Bagus, Bu Wati ini tak sudi memiliki mantu seperti Bagus ini. Bu Wati dan Devi bergegas pergi hingga menyenggol potbunga sampai jatuh, Bu Wati dan Devi berhasil melarikan diri dari Bagus, Bagus menemukan istri dan ibu mertuanya sudah kabur.

Sigit kebetulan menmukan Bu Wati dan Devi yg sedang melarikan diri tanpa arah, Devi cerita bahwa melarikan diri dari Bagus, suaminya, krn pelit dan kasar. Sigit menempatkan Bu Wati dan Devi di kontrakan, kontrakan itu adalah milik Sigit sendiri sbg salah satu sumber investasi Sigit. Bu Wati merasa Sigit sudah mulai sukses lagi, Devi merasa ingin mendekati Sigit lagi yg sudah sukses.

Sigit seperti mulai terpincut lagi oleh Devi, selama 5 tahun ini Devi tak berubah dan masih tetap cantik, dibandingkan Marisa tak ada apa2nya. Tiba2 saja Sigit mengajak Devi untuk makan diluar. Devi menyesal dulu menolak lamaran Sigit, Sigit mengajak Devi makan malam bersama krn masih belum bisa melupakan Devi, sementara Marisa dan Mayang menunggui Sigit belum pulang ke rumah. Saat Sigit baru pulang, Sigit tak suka diintrogasi oleh Marisa.

Devi datang ke rumah Sigit, Devi baru melihat rumah Sigit yg besar, Devi disambut oleh Marisa, istri Sigit. Kata Devi  bahwa istri Sigit ini kampungan orangnya, tak pantas menjadi istri Sigit. Marisa menjadi penasaran ttg sikap Devi itu, mengapa bicaranya ketus. Devi duduk bersebelahan dgn Sigit, modusnya ingin minta uang ke Sigit utk uang makannya krn tak pegang uang. Ada teman Marisa yg kebetulan lewat melihat ada Sigit bersama wanita lain, teman Marisa itu melaporkan hal ini kepada Marisa.

Marisa melihat Sigit bersama perempuan lain yg tak lain adalah Devi, yg Marisa lihat adalah wanita yg bersikap ketus di hadapannya saat berada di rumah mencari Sigit. Sigit berkata bahwa sukur sudah tau, bahwa Devi adalah cinta pertamanya dan sampai saat ini Sigit masih sayang kepada Devi. Marisa shocked mendengar pengakuan Sigit lalu menariknya utuk pulang. Sigit mengaku bahwa menikahi Marisa ini krn terpaksa, Marisa sudah menegur Sigit bahwa Devi hanya menghancurkan rumah tangga mereka. Sigit bahkan berkata bahwa sudah tak tahan hidup bersama Marisa.

Sigit pergi lagi keluar rumah, mengajak Devi ke perkebunan sawi. Sigit berkata kepada Devi bahkan memutuskan untuk pisah. Kalau Sigit ingin pisah dari Marisa, maka Devi juga harus pisah dari suaminya yg bernama Bagus. Kebun sawi ini adalah milik Marisa, Sigit hanya mengelolanya. Devi berkata bahwa Sigit harus bisa merebut kebunnya Marisa. Devi tersenyum, seperti berhasil menghasut Sigit.

Sigit pulang dan mencari2 sertifikat kebunnya yg berada di lemari. Marisa memergoki Sigit mengambil sertifikat itu, kebun itu adalah warisan dari keluarga Marisa. Sigit ingin balik nama atas namanya atau akan meninggalkan Marisa.

Sigit berkata ke Devi bahwa kebun sawi itu sudah menjadi hak milik Sigit, Devi dan Bu Wati bangga kepada Sigit. Kata Sigit ini Marisa mau nurut, apa2 kata Sigit diturutin. Devi menawarkan Sigit untuk menitip sertifikat kebunnya.

Marisa menanyakan sertifikat kebun sawinya itu, Sigit berkata bahwa dititip ke Devi. Marisa shocked mendengar Sigit menitipkan sertifikat itu kepada Devi. Sigit berkata lebih percaya kepada Devi daripada ke Marisa, tiba2 Sigit memutuskan untuk mentalak Marisa. Sigit padahal sudah berjanji tak akan meninggalkan Marisa, Sigit berubah pikiran. Sigit mengusir Marisa dari rumahnya, Mayang akan ikut dengan Marisa.

Marisa berada di dalam rumahnya yg dulu, Marisa tersedih akan Sigit yg sudah dibutakan oleh cinta masa lalunya. Marisa berdoa agar Sigit ini terbuka mata hatinya dan Sigit diberikan hidayah.

Sigit berkata pasti Devi senang bahwa Sigit sudah pisah dari Marisa. Sigit mendatangi rumah Devi dan Bu Wati, tak disangka mereka ternyata sudah pindah. Sigit semakin cemas ketika tau sertifikat kebunnya dibawa kabur.

Bagus, Wati dan Devi sudah berada di kebunnya Marisa. Bagus tersenyum dan bangga akan hasil kerja Devi yg bagus. Mereka tertawa bahagia bahwa kaan mendapatkan untung banyak dari perkebunan ini, Sigit tiba2 muncul melihat mereka di kebun Marisa. Sigit mengakui bahwa kebun ini adalah miliknya, kata Devi bahwa sudah menjadi milik Bagus, suami Devi. Sebenarnya hubungan Devi dengan Bagus itu baik2 saja, Devi hanya bersandiwara di hadapan Sigit. Sigit tak menyangka selama ini dijebak oleh Devi. Bagus menyapa Sigit, Bagus berkata bahwa dulu pernah akan memborong sawinya tetapi ditolak oleh Sigit.

Flashback lagi ke masa lalu waktu Bagus mendekati kebun sawi yg dikelola Sigit, Bagus memuji buah sawinya bagus dan besar2, Sigit dulu berkata tak menjual sawinya secara borongan krn akan diekspor keluar negeri. Bagus berkata bahwa Sigit ini sombong, Bagus akan membalasnya. Bagus berkata ke Devi soal pemilik kebun sawi yg bernama Sigit yg sombong itu, untuk mastikan Devi melihat ke kebun sawi dan ternyata benar Sigit yg dimaksud, Devi bersama Bagus membicarakan rencana khusus untuk menghancurkan Sigit.

Sigit kecewa berat dengan ulah Devi yg ternyata licik, dikira Devi ini tulus, ternyata adalah seorang penipu. Sigit geram dan ingin menyerang Sigit, namun keburu ditahan oleh Bagus lalu Bagus mendorong Sigit hingga jatuh tersungkur ke tanah.

Sigit kini terserang demam, badan2nya pada sakit, andai kan saja Marisa ada bersamanya maka Sigit tak akan kesusahan seperti ini. Sigit flashback ke masa lalunya dimana Marisa melayani Sigit dengan baik, dulu waktu Sigit sakit dan ga nafsu makan.

Bagus dan Devi berada di kebun sawi yg blm ditanami bibit, mereka akan merekrut petani agar tak perlu capek2 kerja lagi. Bagus ajak Devi mendekati warga untuk menawarkan kerjaan  untuk mengurus kebun sawi Bagus dan Devi. Devi berkata bahwa berani bayar mahal asalkan kerjanya memuaskan.

Marisa melintas di perkebunan sawi, melihat Marisa bersama laki2 lain, bukankah dulu pacarnya Sigit, Marisa ingin tau keadaan Sigit bagaimana. Marisa mendapati Sigit sedang terbaring lemah di kamar rumahnya, Marisa ingin membawa Sigit ke dokter, kata dokter ini Sigit terkena gejala typus. Sigit minta maaf kepada Marisa sekaligus cerita bahwa Devi ini sudah menjebaknya, Sigit merasa bodoh sudah percaya kepada Devi. Marisa ingin kembali lagi kepada Sigit, demi Mayang, anak mereka. Sigit berjanji akan menjadi suami yg baik untuk Marisa.

Bagus pulang ke rumah dengan wajah kesal krn sawinya gagal panen krn terserang hama dan akan rugi besar, padahal sudah keluar banyak uang untuk modal ini itu, belum lagi untuk membayar petaninya. Bu Wati malah menyalahkan Bagus yg tak becus mengurus kebun.

Para petani pada menuntut upahnya kepada Bagus, Bagus tak berikan krn kerja para petani tidak bagus yg menyebabkan sawinya gagal panen. Para petani pada kesal krn Devi dan Bagus lari dari tanggung jawabnya. Devi dan Bagus ketakutan menghadapi para petani, mereka memutuskan untuk kabur, mereka berlari dan akhirnya tertangkap juga oleh para warga petani. Para petani pada kesal lalu menghajar dan mengeroyok Devi dan Bagus. Bu Wati mendapatkan keadaan Devi dan Bagus yg lebam akibat babak belur ini.

Sigit dan Marisa sudah rujuk kembali lalu mengajak Marisa dan Mayang untuk kembali ke rumah Sigit lagi. Mayang senang kedua ortunya dapat bersatu lagi dan tak terpisahkan. Sigit teringat akan masih berhutang sertifikat tanah kepada Marisa.

Sigit mendatangi kebun sawi yg kini menjadi berantakan, para petani menghampiri Sigit dan menanyakan kabarnya. Petani itu berkata semenjak kebun diambilalih oleh Bagus, perkebunan ini selalu rugi. Sigit ingin tau dimana rumah Bagus, petani menunjukkan rumahnya Bagus.

Bagus dan Devi dalam kondisi memar2 berkata, gara2 kebun itu lah mereka menjadi apes. Kata Devi lebih baik kebun itu dijual saja agar dapat uang lagi. Sigit dan petani itu mendengarkan pembicaraan Bagus dan Devi, Sigit menjadi geram. Sigit ingin minta tolong sesuatu kepada petani itu.

Devi dan Sigit ingin mencari siapa orang yg akan membeli kebunnya, tak lama muncul lah seorang bapak berpenampilan keren yg merubah penampilan, dia itu sebenarnya petani juga. Bapak itu membawa koper, mengaku bernama Roby yg datang dari kota untuk membeli kebu, kebetulan Devi sudah membawa sertifikat kebunnya. Petani yg nyamar itu membuka koper untuk menunjukkan uang, Bagus bilang tak perlu krn sudah percaya. Bagus dan Devi sama2 pulang, mereka merasa senang sudah mendapatkan uang dari hasil jual kebun.

Sigit menghadang Devi dan Bagus di jalanan, mereka bete melihat Sigit. Sigit menegur mereka yg terlihat senang, Devi dan Bagus berkata krn berhasil menjual kebun itu dan sekarang punya banyak uang. Sigit pura2 kaget dan kesal kepada mereka yg tega menjual kebun milik Sigit, Sigit berkata bahwa mereka akan kena akibatnya, Bagus merasa tak takut lagi. Bagus merangkul Devi lalu mengajaknya pulang. Devi dan Bagus meninggalkan Sigit, Sigit ini tersenyum penuh kemenangan.

Petani pura2 itu menyerahkan sertifikat kebunnya kepada Sigit, Sigit senang bahwa sertifikat kebunnya sudah kembali lagi. Bagus dan Devi sudah tak sabar ingin menghitung uangnya, mereka bawa pulang koper berisi uang itu. Bu Wati melihat uangnya banyak,Bu Wati melihat isinya hanya tumpukan kertas doank. Bagus dan Devi merasa bahwa sudah ditipu, Sigit tiba2 saja muncul sambil memegang sertifikat itu bahwa memang cuma Bagus dan Devi yg bisa menipu, mereka menggunakan cara licik maka Sigit balas dengan cara licik. Sigit serahkan sertifikat itu kepada Marisa, krn memang sertifikat itu adalah hak Marisa.

Dua orang berbadan besar menarik paksa Bagus, Devi dan Bu Wati untuk keluar dari rumah krn rumah itu sudah bukan hak mereka lagi. Rumah tsb disita krn tak bisa melunasi hutang2nya.

Sigit dan Marisa berdiri di hadapan para petani, mengajak para petani itu untuk bekerja lagi. Sigit mengajak para bapak/ibu sekalian untuk mengurus perkebunan tsb bersama2, Marisa akan memberikan upah yg pantas utk para petani itu.

Sigit berkata bahwa di saat jatuh itulah, seorang wanita berhati mulia bernama Marisa berusaha membangkitkan semangatnya. Meski sempat menyia-nyiakannya, tapi dia bersyukur masih diberi kesempatan untuk menebus semua kesalahannya. Sigit berjanji akan menjaga cintanya untuk Marisa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PB Kesabaran Gadis Tukang Sampah Yg Berbuah Bahagia (Toto Hoedi)

Pintu Berkah - Berkah Taubat Pelukis Kaligrafi Buntung yang Soleh

Kisah Nyata - Suamiku Terjerat Candu Judi Online