PB KETEGARAN IBU PENJUAL TISSUE* (TOTO)

 PB KETEGARAN IBU PENJUAL TISSUE* (TOTO)

Tayang: 25 Jan 2021

Pemain
Inah : _Linda Ramadhanty_
Pandu : _Guntur Nugraha_
Arman : _Tio Duarte_
Pandu kecil....Defrand Gustiana Banyu
Sinta : _Bella Alina_
Ibu Sinta...Endah Mulyani
Nickma Fadil..dokter kandungan
Agus Ibnu Sahlan..Pak RT
Dicky Zecko..warga
Widyawati..Bu Widya
Lia Moelyadi..dokter

Pada suatu hari ada seorang ibu yg baru melahirkan yaitu bernama Inah, habis melahirkan lalu pingsan. Inah baru sadar ini tiba2 menanyakan anaknya tak ada krn dititipin ke bidan. Inah ingin bergerak menuju anaknya tak sadar kakinya susah digerakkan krn kram. Inah itu sudah tak sadar ada 2 hari.

Inah ini menggendong bayi ketika di kursi roda. Arman sendiri harus mencari tambahan apalagi liat istrinya lumpuh. Arman liat makanan di meja jadi tak mau makan, Inah blm terbiasa memasak dgn di kursi roda, Arman malah minta buang makanan itu.

Pada suatu malam, Arman yg berjaket sudah menyiapkan baju2 untuk pergi. Saat bayinya terbangun, Inah meminta Arman utk membuatkan susu. Inah menemukan ada surat dari Arman. Arman tak sanggup tak hidup dgn kondisi Inah yg lumpuh dan bayi yg blm bisa apa2, pada suatu saat akan dapat suami yg bisa mengurusnya. Bayi (Pandu) terus menangis saat itu.

Inah pada pagi harinya ke tukang sayur, tempe dan pare ini bonus dari tukang sayur sbg hadiah. Ibu2 lain pada ingin memberikan sesuatu tetapi Inah hanya ingin masak kangkung. Ibu2 kasihan dgn Inah yg lumpuh dan ditinggalkan suaminya. Tak lama datang lah ada bapak2 warga dan pak RT,mereka daatng mendapat informasi ttg kondisi Inah lalu menggalang dana kepada para warga. Inah merasa masih ada membutuhkan daripadanya. Inah ini diberikan kesehatan dan kesadaran utk bekerja, merasa mampu menghidupi dirinya dan bayinya, Inah mohon agar sumbangan ini diserahkan kepada orang yg lebih membutuhkan krn merasa memiliki kelimpahan rejeki.

Ibu warga merasa seperti Inah sombong tak mau menerima sumbangan, yg jadi korban adalah anaknya dari korban keangkuhan orang tuanya ini. Inah berdoa agar diberi kekuatan lebih agar bisa hidup membesarkan anaknya.

Inah kini menjadi penjual tisu keliling, ingin dilebihkan tetapi Inah merasa sudah mendapatkan keuntungan dari penjualan tisu ini. Inah berjualan hingga 10 tahun kemudian. Pandu ikut menemani ibunya jualan, Pandu ajak ke suatu tempat yg enak krn capek. Pandu sempet mengeluh suruh istirahatnya hanya bisa saat makan siang saja, Pandu bilang paling hanya makan nasi dan garam.

Pandu ini ingin ke toilet sambil sebelumnya lirik pengemis lalu menirunya. Inah malah kecewa dan menegur sikap Pandu yg jadi pengemis, padahal hanya ingin bantu ibunya saja. Inah sendiri padahal kondisi lumpuh masih bisa bekerja. Pandu mengeluh tak mau jadi orang susah.

Pandu datang hingga tiba di rumah bu Widya, Inah ingin mengajarkan ke Pantu bahwa tak ada cuma2 utk mendapatkan uang yaitu harus bekerja. Pandu membantu membersihkan rumah bu Widya.

Pandu memang alasan hanya ingin bantu ibunya saja, kata Inah kalau ingin membahagiakan jangan dari hasil mengemis. Hingga pada malam hari Pandu tak mendapatkan makan malam. Lebih baik Pandu menangis sekarang drpd menangis nanti. Inah sengaja bersikap keras seperti ini.

Inah dipanggil ke sekolah, bahwa Pandu ini ketahuan menyontek kata guru di sekolah, guru menyarankan agar ikut tambahan les kata guru di sekolah. Pandu dimarahi ibunya krn menyontek, Pandu ini merasa hidup tak adil, tak sempet les krn menemani ibunya jualan. Hingga pada malam hari Pandu disuruh belajar agar menyaingi yg ikutan les.

Pada esokan paginya Pandu mendorong ibunya di kursi roda, pengen merasakan punya mainan seperti anak2 lain. Inah menasehati keras bahwa hidup itu harus bekerja, kata Inah ke Pandu bahwa membutuhkan upah tambahan. Uang hasil kerja Pandu di warung ini malah disimpan oleh Inah agar aman. 

Pandu bertanya ke ibunya sampai kapan ini hidupnya, krn tak memiliki apa2 jadi tak ada teman. Kata Inah bahwa bersyukur diselamatkan dari teman yg salah yg hanya memandang orang dari harta.

Guru mengumumkan nilai tertinggi dan beasiswa ke boarding school, disebut namanya Pandu. Peningkatan belajarnya ini luar biasa. Inah memandangnya dari balik pintu.

15 tahun kemudian sudah berlalu, Pandu kini sudah bekerja dan presentasi di kantor. Pandu akan melamar Sinta menjadi istrinya. Sinta mengira Pandu tak pernah memperkenalkan ibunya. Sinta tak bisa menerima lamaran Pandu dahulu sebelum bertemu ibunya. Pandu pikir gimana mungkin memperkenalkan ibunya ke keluarga Sinta yg kaya, bisa2 nanti batal. Pandu sudah sejauh ini memperbaiki kehidupan, tak mau semuanya berantakan krn ibunya. Pandu akan kasih ibunya perawatan agar tak seperti orang susah.

Pandu ini datang ke rumah ibunya, kata ibu tetangga bahwa ibunya masih jualan. Pandu yg naik mobil akhirnya menemukan ibunya. Inah tak lama diajak Pandu untuk pulang, padahal Inah blm kelar bekerja. Pandu seperti malu jika ibunya masih berjualan di emperan, tidak di sebuah perusahaan. Pandu ingin ajak ibunya tinggal bareng tetapi tetangga di rumah Pandu ini tetangga seperti tak kenal. Ternyata sikap ibunya masih keras seperti dahulu, Pandu bertanya minta duit berapa tetapi Inah tak mengharapkan uang sepeser pun dari Pandu. Pandu sempat berkata bahwa tak mau dianggap orang lain menelantarkan ibunya sendiri. Inah merasa Pandu belum tau apa yg diinginkan oleh Inah.

Pandu berpikir sebaiknya melupakan ibunya, prestasi dan kerja keras seperti tak dianggap. Ini tak akan pernah cukup, Pandu lebih baik memikirkan Sinta yg menghargai kerja kerasnya saja. Sementara Inah sendirian di rumah berdoa, bukannya tak mau ikut tinggal dgn Pandu, Inah hanya tak ingin merepotkannya, tak mau waktunya habis utk mengurusnya.

Pada suatu hari ada seorang bapak bernama Arman menanyakan Pandu, mengaku sbg ortu Pandu. Kata satpam jika minta sumbangan maka akan disumbangkan ke yayasan. Arman lalu memeluk Pandu begitu saja. Arman menunjukkan foto pernikahannya dgn Inah. Arman berkata bersalah, harus menanggung dosa hidupnya lalu berusaha cari Pandu.

Arman kini dibawa tinggal bersama Pandu, dijamu dgn makan makanan yg enak. Arman diperbolehkan tinggal kata Pandu, krn rumahnya adalah rumah bapaknya juga. PAndu ini memberikan kado untuk bapaknya di sebuah kotak kecil yaitu jam tangan. Bagi Pandu harga mahal tak masalah asalkan bisa bahagiakan bapaknya.

Esokan harinya Inah masih berjualan tisu keliling, ada ibu2 berkata bahwa anaknya sudah kaya mengapa masih bekerja jualan tisu. Ibu2 menganggap bahwa anaknya tidak berbakti.

Sementara Arman diajak oleh Pandu ke restoran mahal, bapaknya boleh memesan apa saja. Sementara Inah masih makan nasi dgn garam saja. Arman diajak naik mobil Pandu yg bagus ini sementara Inah masih berada di kursi roda mengalami kesusahan.

Arman dibawa oleh Pandu ke kantor Pandu yg besar dan bonafit lalu mempersilahkan bapaknya duduk di kursi ruangan Pandu. Beberapa waktu kemudian, Pandu memperkenalkan calon istrinya yg bernama Sinta kepada bapaknya. Pandu selaen jadi pengusaha sukses, pasti tak sembarangan cari calon istri. Arman tanya bahwa Sinta ini anaknya siapa. Ibunda Sinta pun datang juga,menanya gimana bapaknya mendidiknya. Yg Sinta tau dulu Pandu suka menyalin catatan, boro2 untuk beli buku.

Sinta sempet berbisik, selama ini yg membesarkan adalah ibunya. Pandu berkata ingin melupakan masa kecilnya, ibunya itu jahat yg selalu memaki2, makanya bapaknya pergi meninggalkannya. Kata Sinta bahwa harus meminta restu ibunya. Pandu teringat soal ibunya tak mau mengantarkan ke boarding school krn ibunya harus jualan tisu. Dulu waktu kecil, Pandu cerita bahwa kalau begini jadi tak punya teman. Pandu berpikir ibunya tak peduli, utk itu makanya tak akan menganggap ibunya itu ada.

Pandu berkata ke Sinta jangan libatkan ibunya, kondisi lagi kurang sehat dan jangan ganggu. Lebih baik menikah dahulu. Sinta ini tak mau menikah buru2. Sinta tak memaksakan diri. Pandu merasa ibunya selalu menyulitkan dirinya, bukannya mempermudah.

Pandu di rumah ingin menanyakan sesuatu ke bapaknya. Dulu waktu pergi mengapa tak membawanya . Arman berkata tak bisa membawanya krn masih bayi sekian hari dan buutuh ASI, kasih sayang orang tua. Pandu berkata senang bapaknya bisa datang, kini cuma Arman yg dianggap. Pandu tak  mau bahas soal ibunya.

Beberapa waktu kemudian, Arman datang ke gubuk lamanya, memanggil nama Inah. Arman datang berpakaian keren. Arman siap dimaki oleh Inah, Arman merasa benar bersalah dan memohon utk memaafkannya. Arman ingin berterima kasih kepada Inah krn selama ini tanpa dirinya, Inah bisa mendidik dan membesarkan jadi sekarang ini. Kalau tanya kepada Pandu pasti tak sependapat. Inah mengaku keras kepada Pandu bahwa hidup menjadi lebih keras setelah Arman meninggalkannya. Arman menangis mendengar kata2 Inah, Arman merasa dosanya begitu besar, yaitu memisahkan ikatan batin antara ibu dan anak. Arman berjanji akan mencoba memperbaiki semuanya.

Arman pun akhirnya pulang dicariin oleh Pandu. Kata Arman yg harus dikhawatirkan adalah ibu Pandu. Arman kali ini harus bicara jujur ke Pandu, semua yg terjadi dalam keluarganya, itu adalah kesalahannya, ibu Pandu tak salah apapun, dia hanya menjadi korban.

Arman cerita, ketika masih bersama ibu Pandu, Arman itu orang susah. Arman bukan hanya miskin materi, tetapi miskin hati. Arman terlalu cepat menyerah, saat melihat ibu PAndu lumpuh krn berjuang melahirkan PAndu, Arman tak bisa menerimanya di saat sungguh2 membutuhkan seorang pendamping. Arman malah pergi mementingkan diri sendiri. Arman mencoba utk kembali, setelah melihat berdua maka tak sanggup. Arman dari jauh hanya memperhatikan Inah berjualan tisu saja. Arman menyebut ibu Pandu ini orang baik yg tak pernah mengeluh, tak pernah menuntut meskipun Arman tak bisa memberikan kecukupan. Arman memohon ke Pandu utk melupakan dirinya, tapi jangan pernah membenci ibunya apalagi jasa2nya. Kalau ibunya keras, itu dilakukan krn terpaksa utk mendidik, buktinya yg dilakukan dahulu bisa mendorong Pandu menjadi orang seperti sekarang. Arman merasa harus pergi krn merasa tak pantas, orang yg merasa pantas adalah ibu Pandu. 

Pandu mohon ke bapaknya agar jangan meninggalkan rumah ini. Arman bangga kepada Pandu meskipun tak ada andil menjadikan Pandu berhasil seperti ini. Pandu berpikir lagi akan ucapan bapaknya selama ini.

Arman berharap apa yg dilakukan bisa mengembalikan Pandu ke ibunya, hanya itu yg bisa dilakukan. Arman sudah berberes koper utk meninggalkan Pandu. Pandu berkata akan menjadi suami, sudah memaafkan bapaknya. Pandu berterima kasih kepada bapaknya yg sudah jujur. Jangan lupa utk menghargai istri, ibu dari anak2 Pandu. Ingat lah saat ibu melahirkan. Nasehat Arman, contoh nasehat kepala keluarga adalah ibu Pandu sendiri. Pandu memohon agar jangan menghilang dari kehidupannya, kepergian Arman tak dapat dicegah.

Pada suatu malam, Pandu pun datang ke rumah ibunya bersama Sinta. Sinta baru tau ibu Pandu tinggal di rumah ini, dimana dibesarkan. Pandu mengerti jika misal Sinta mundur kalau liat kondisinya. Sinta ke rumah ini ingin meminta restu. 

Inah sedang di musholla, para pak RT dan warga menghadiahkan kursi roda yg baru. PAk RT merasa berterima kasih kepada bu Inah. Mereka bukan mengasihani Inah, ini semua kado. PAndu bersama Sinta memantau dari jauh ada Inah. Anak2 ikut menyisihkan tabungan. Pada akhirnya Inah terima kado dari para warga dan santri. Pada waktu dahulu Inah cerita soal anaknya kehilangan masa kecil krn harus mencari nafkah. Inah sempat dulu hampir terserempet motor saat jualan, Inah lebih mementingkan anaknya yg akan sekolah di asrama.

Pandu akhirnya pamit pergi, katanya jangan pernah menjenguknya krn tak mau bertemu ibunya lagi. Pandu mendengarkan cerita ibunya ini sambil menangis. Inah mengakui memang keras kepada anaknya tetapi dilakukan agar kuat menghadapi hidup. Inah mengaku bkn orang kaya dan berpendidikan, bukan berarti anaknya bisa jadi org kaya dan berpendidikan. Hal terburuk sbg ortu yg bisa dialami bkn kehilangan harta tetapi kehilangan anak. Pandu tak lama datang menemui ibunya langsung. Pandu bersujud di hadapan ibunya bahwa tak pernah kehilangannya, Pandu minta maaf ke ibunya krn selama ini salah sangka. Cinta seorang ibu tak harus dgn pujian, terkadang situasi menyebabkan mengajarkan jadi orang yg berbeda, Pandu sadar bahwa cinta ibunya tak berujung. KAlau ibunya tak mendidik keras, Pandu tak akan menjadi seperti ini. Pandu lalu ajak ibunya untuk pulang. Pandu bersama calon istrinya langsung merangkul Inah di hadapan para warga musholla.

Tujuan Pandu menemui ibunya utk meminta restu bahwa akan menikahi Sinta, calon istrinya ini. Inah melihat seperti org yg cerdas. Sinta mendengar perjuangan bu Inah, merasa tak ada apa2nya. Jika merestui, Inah ingin mengajarkan Sinta jadi ibu yg baik. Kalau ada perempuan yg keberatan dgn kondisinya, berarti bukan calon mantu yg baik. Sinta ingin mengajak calon ibu mertuanya tinggal bareng. Sinta tak merasa calon ibu mertuanya jadi beban. Inah diinginkan menjadi tauladan bagi anak2nya.  Sekarang saat Pandu dewasa, ternyata masih butuh ibunya, Inah memiliki satu permintaan, apakah boleh sebelum menikah, maka menginap di rumah ibunya dahulu. Pandu akan tidur di rumah lama ibunya ini.

Beberapa saat kemudian, Inah diajak ke rumah Pandu dgn diantar Sinta. Inah tak tau jika sukses seperti ini. Inah menangis bahagia untuk Pandu, Inah mengucapkan selamat atas kesuksesan Pandu. Pandu justru berterima kasih kepada ibunya soal mengajarkan kejujuran. Rumah ini adalah hasil tabungan selama bu Inah bekerja kata Pandu, Pandu lalu ajak ibunya masuk ke dalam bersama Sinta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PB Kesabaran Gadis Tukang Sampah Yg Berbuah Bahagia (Toto Hoedi)

Pintu Berkah - Berkah Taubat Pelukis Kaligrafi Buntung yang Soleh

Kisah Nyata - Suamiku Terjerat Candu Judi Online